Sambal Bude Judes: Suami Saya Dokter, Anak Saya Juga...

Wednesday, March 14, 2018

Suami Saya Dokter, Anak Saya Juga...


Saya termasuk orang yang percaya sekali apa terjadi pada saya, apa yang saya temui, apa yang saya alami adalah buah dari perbuatan saya. Buah dari pikiran dan ucapan saya yang kemudian direkam oleh alam semesta dan kemudia alam semesta memantulkannya lagi pada saya. Istilah kerennya Law of Attraction (LoA). Itulah kenapa sekarang ini saya tidak langsung reaktif kalau mengalami, mendengar, melihat sesuatu yang ngga sreg di hati saya atau yang membuat jengkel dan marah. Mungkin ini juga pengaruh dari ajaran 8 tangga (astanga) yoga yaitu yama dan niyama, cie cieeeee.

Saya sering kemakan omongan sendiri dan mau tidak mau harus mau 'menelan' pahitnya pil nasehat yang sering saya lontarkan pada orang yang ngga minta nasehat tapi saya paksa mendengarkan 'nasehat' saya hahahaha. Biasa lah orang kalo ilmunya baru secuil kan udah merasa paling pinter dan bernafsu banget pingin nasehatin orang supaya orang tahu bahwa dia baru saja dapat tambahan ilmu baru meskipun cuma seupil.

Kata banyak teman, saya ini cerewet, tapi -dulu- saya ngga percaya dan menyangkal penilaian teman-teman itu. Akhirnya karena saya menolak kenyataan bahwa saya cerewet sampek umur segini saya masih cerewet hahaha. Tapi insyaallah ngga sampe kebawa mati lah, kan udah sering ikut pelatihan pengembangan diri ๐Ÿ˜†amiiin.


foto diambil dari sini
Siang ini tadi saya nyalon biar muka agak bersihlah. Pinginnya sih bisa semulus kulit inces, tapi karna dana cekak dan sambil mempraktekkan hidup sederhana maka nyalonnya di tempat yang sedang-sedang saja. Biasanya, meskipun belum pernah melakukan survey, rata-rata orang yang nyalon selain bertujuan melakukan perawatan sekalian pingin istirahat, sukur-sukur bisa ketiduran. Dan memang seringkali saya dengar orang - dan bahkan saya sendiri- sampe ngorok saat mereka diterapi. Jadi jelas kan, ngga ada yang berniat mau ngobrol di dalam ruang perawatan. Nah, ini tadi saya berada dalam ruangan berisi 5 bed, tapi yang terisi cuma 3 termasuk saya. Ukuran ruangan sekitar 8x4 meter lah. Biasanya kalo ada yang perlu bicara antara terapist dan pasien, suaranya lirih dan cukup mereka berdua aja yang mendengar. Kita-kita yang di sebelahnya pun ngga perlu mendengar jelas isi percakapannya. Lha ini tadi, si ibu yang istrinya dokter itu posisinya di ujung sebelan kiri saya di ujung kanan suaranya kedengaran jelas las las. ngga kebayang mbak-mbak yang posisinya di samping dia persis hahaha. Emplok en, eh maap ๐Ÿ˜†.

Si ibu bercerita tentang suaminya yang dokter dan bertugas di puskesmas dan ngga mau di pindah ke RS. Dia juga bercerita tentang anaknya yang baru saja lulus kedokteran dan mau ambil spesialis. Saya sih percaya ibu ini sebenernya teman bicara yang menyenangkan, tapi berhubung tempatnya salah maka orang lain -maksutnya, saya- jadi terganggu. Terganggu dengan suara kerasnya dan juga isi pembicaraan yang semuanya tentang aku, anakku, suamiku, hidupku dst.

Kalo dulu, saya akan langsung bilang sama terapis saya untuk menyampaikan pesan pada temannya yang sedang merawat ibu istri dokter itu untuk mingkem stop talking loudly. Itu dulu. Tapi sekarang kan sudah beda nih, saya udah ngga segarang jaman dulu meskipun masih tetep judes seperti merk sambalnya hahaha. Saya bertanya pada terapis saya dengan suara berbisik,"mbak emangnya boleh ya bicara keras seperti itu dalam ruangan? Apa ngga mengganggu? Kan mereka berdekatan kayak kita gini, volume 1 saja kan udah kedengaran wong wajah kita berdekatan sama kayak mereka kan?

Dan alhamdulillah, tanpa saya suruh, terapis saya memanggil temannya yang mungkin terapisnya bu dokter itu. Dan mungkin juga, karena saya ngga bisa lihat, terapis saya memberikan kode untuk ngga ngobrol dengan suara keras. Dan kemudian hening...๐Ÿ˜„

Mungkin saya dulu pernah juga melakukan hal yang sama, bicara dengan suara yang dikeras-keraskan supaya banyak orang mendengar sambil membangga-banggakan sesuatu tentang diri saya, makanya saya kemudia juga dipertemukan dengan orang yang mirip saya hahahaha dan ternyata yang begitu itu bikin orang lain mual hahahaha. Wes yo, De, ojok dibaleni sing koyok ngunu kui. Anakmu durung karuan seneng mbok critak-critakno nang uwong. paham? hahahahaha

1 comment: