Saya termasuk orang yang percaya sekali apa terjadi pada saya, apa yang saya temui, apa yang saya alami adalah buah dari perbuatan saya. Buah dari pikiran dan ucapan saya yang kemudian direkam oleh alam semesta dan kemudia alam semesta memantulkannya lagi pada saya. Istilah kerennya Law of Attraction (LoA). Itulah kenapa sekarang ini saya tidak langsung reaktif kalau mengalami, mendengar, melihat sesuatu yang ngga sreg di hati saya atau yang membuat jengkel dan marah. Mungkin ini juga pengaruh dari ajaran 8 tangga (astanga) yoga yaitu yama dan niyama, cie cieeeee.
Saya sering kemakan omongan sendiri dan mau tidak mau harus mau 'menelan' pahitnya pil nasehat yang sering saya lontarkan pada orang yang ngga minta nasehat tapi saya paksa mendengarkan 'nasehat' saya hahahaha. Biasa lah orang kalo ilmunya baru secuil kan udah merasa paling pinter dan bernafsu banget pingin nasehatin orang supaya orang tahu bahwa dia baru saja dapat tambahan ilmu baru meskipun cuma seupil.
Kata banyak teman, saya ini cerewet, tapi -dulu- saya ngga percaya dan menyangkal penilaian teman-teman itu. Akhirnya karena saya menolak kenyataan bahwa saya cerewet sampek umur segini saya masih cerewet hahaha. Tapi insyaallah ngga sampe kebawa mati lah, kan udah sering ikut pelatihan pengembangan diri ๐amiiin.
foto diambil dari sini |
Si ibu bercerita tentang suaminya yang dokter dan bertugas di puskesmas dan ngga mau di pindah ke RS. Dia juga bercerita tentang anaknya yang baru saja lulus kedokteran dan mau ambil spesialis. Saya sih percaya ibu ini sebenernya teman bicara yang menyenangkan, tapi berhubung tempatnya salah maka orang lain -maksutnya, saya- jadi terganggu. Terganggu dengan suara kerasnya dan juga isi pembicaraan yang semuanya tentang aku, anakku, suamiku, hidupku dst.
Kalo dulu, saya akan langsung bilang sama terapis saya untuk menyampaikan pesan pada temannya yang sedang merawat ibu istri dokter itu untuk
Dan alhamdulillah, tanpa saya suruh, terapis saya memanggil temannya yang mungkin terapisnya bu dokter itu. Dan mungkin juga, karena saya ngga bisa lihat, terapis saya memberikan kode untuk ngga ngobrol dengan suara keras. Dan kemudian hening...๐
Mungkin saya dulu pernah juga melakukan hal yang sama, bicara dengan suara yang dikeras-keraskan supaya banyak orang mendengar sambil membangga-banggakan sesuatu tentang diri saya, makanya saya kemudia juga dipertemukan dengan orang yang mirip saya hahahaha dan ternyata yang begitu itu bikin orang lain mual hahahaha. Wes yo, De, ojok dibaleni sing koyok ngunu kui. Anakmu durung karuan seneng mbok critak-critakno nang uwong. paham? hahahahaha
Loh-loh aku kok nyasar rene sih de :-D
ReplyDelete